Mitra 86. Batu Bara -
Pihak Management Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV (empat) Gunung Bayu melalui Manager PKS Pamco II, Rahyumi Arsa didampingi Maskep (Mekanik Assiten Kepala) Hamdani Damanik akui tanggul kolam penampungan Limbah Crude Palm Oil (CPO) pabrik tersebut mengalami jebol sebab longsor dan alami erosi pada Minggu 29 Desember 2024.
Sabtu (11/01/2025) sekira pukul 09.00 wib dijelaskan Rahyumi saat dikonfirnasi kala didampingi Hamdani, bahwa kebocoran limbah dimaksud memang terjadi ketika tanggul ataupun salahsatu sisi dinding dikolam limbah 1 (kolam pertama) mengalami longsor atau erosi akibat isi kolam limbah bertambah usai tercampur dengan air hujan.
Rahyumi mengatakan kalau jebolnya tanggul jangan dibayangkan bagai luapan banjir bandeng, hanya dinding pada tanggul yang erosi kemudian membuat air limbah yang telah bercampur air hujan merembes ke anak sungai yang berada di desa Mangkai Baru. Sedang selama 8 hari sejak terjadinya tanggul jebol, tidak ada satupun pihak yang melapor terkait dampak rembesan air limbah.
"Kami tidak membantah soal jebolnya tanggul, tapi itukan peristiwa 'Force Majeur' atau karena fkator alam dan semacam bencana. Dan besok paginya langsung kami perbaiki karena menjaga terjadinya dugaan-dugaan negatif. Ternyata benar gara-gara kejadian seperti ini, pihak kami dianggap lalai dan dituduh seperti sengaja mencemari air sungai serta ekositem sebagaimana diberitakan di Media", ucapnya.
Ditambahkan Rahyumi, pihaknya membantah jika disebut tidak komunikatif dan sulit dikonfirmasi. Pasalnya mereka akan tetap terbuka terkait informasi yang berhubungan dengan persoalan ini, yak i tentang dugaan tercemarnya anak sungai yang hulunya berada di Desa Mangkai Baru dan melintasi Desa Mangkai Lama dikarenakan air limbah dari PKS Gunung Bayu.
"Tidak ada kami menerima surat dari pihak manapun terkait pemberitahuan tentang matinya ikan diduga karena terkena limbah yang bocor dari PKS Gunung Bayu, jadi tidak benar kalau dibilang kami tidak menanggapi surat Kelompok Budidaya ikan air tawar Teratai Mangkai Lama ini. Terus terang kami baru tahu persoalan ini dari pemberitaan di media", akunya
Lebih lanjut Maskep PKS Gunung Bayu Hamdani Damanik menambahkan, tidak ada satupun awak media yang meng-konfirmasi ke pihak PKS Pamco II Gunung Bayu diawal. Setelah terbit pemberitaan tentang Kematian Ribuan Ikan Air Tawar jenis Nila di keramba apung di kolam eks Galian C Batu Padas milik Pembudidaya Teratai Mangkai Lama akibat dugaan Tercemar Limbah, barulah mereka dikonfirnasi.
Selanjutnya Maskep menguraikan, sesudah dilakukan pengecekan ternyata rembesan air yang keluar dari kolam limbah sebetulnya terbilang berdebit kecil. Ia pun menegaskan kalau isi kolam Limbah juga tidak mengalami overload dikarenakan kelebihan kapasitas, meluapnya limbah pada malam tanggal 29 Desember 2024 sebab tercampur oleh air hujan yang turun sangat deras saat itu.
"Bukan karena pengaruh kapasitas olah 30 Ton per jam dengan durasi pengolahan selama 24 jam, maka limbah yang dihasilkan pun sama banyaknya seperti produksi CPO. Lagi pula kolam kita sudah sesuai standar, dokumennya lengkap dan setiap 3 bulan sekali kami dikunjungi serta diawasi oleh Pihak DLH Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun maupun Propinsi", pungkas Damanik.
Sementara itu Sekretaris Kelompok Tani Teratai Ngatinah sewaktu dikonfirmasi ulang oleh beberapa awak media, mengakui memang tidak ada memasukkan surat ke PKS PN 4 Kebun Unit Gunung Bayu secara langsung, akan tetapi melalui Dinas Perkim dan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Batu Bara.
Sebelumnya pada Selasa, 7 Januari 2025 diberitakan ribuan ikan nila yang dibudidayakan Kelompok Teratai di keramba jaring apung di Dusun X, Desa Mangkai Lama, Kecamatan Lima Puluh, mengalami kematian massal. Diduga akibat tercemar limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Gunung Bayu yang bocor usai erosi diterjang guyuran air hujan yang cukup deras. (Nurhadi Maryono)
0 Komentar