Lhokseumawe – Aceh, mitra86sergab.com.Puluhan nelayan bersama tokoh masyarakat di Desa Blang Naleng Mameh, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, mendesak Pemerintah Aceh, Wali Kota Lhokseumawe, dan DPRD setempat segera menuntaskan persoalan kritis di Kuala Pusong Rancong Baro. Masalah sedimentasi parah yang menyempitkan dan mendangkalkan alur kuala telah melumpuhkan aktivitas nelayan, memicu banjir di empat desa, dan mengancam abrasi pantai.
Akar masalah. Nelayan Terjepit, Warga Kebanjiran. Menurut Amriadi Ismail, Ketua Nelayan setempat, kedangkalan kuala yang semula 3-4 meter kini hanya tersisa 1 meter. “Kapal tidak bisa melaut kecuali saat pasang maksimal. Hasil tangkapan turun drastis, pendapatan keluarga nelayan terancam,” ujarnya.
Ismail Yusuf, Panglima Laot Kecamatan Muara Satu, menambahkan, penyempitan alur memperburuk banjir saat hujan. “Desa Cot Tring, Ujong Pacu, Paloh Punti, dan Blang Naleng Mameh selalu terendam. Rumah, kebun, dan jalan rusak berat,” keluhnya.
Sementara itu, abrasi di tepi pantai semakin menggerus permukiman warga. Jamaluddin Ahmad, tokoh nelayan senior, mengingatkan: “Jika tidak dibangun pemecah gelombang atau ditanam mangrove, dalam 2 tahun garis pantai bisa hilang.”
Dalam aksi koordinasi yang diinisiasi Musliadi AR (Ketua Koperasi Nelayan) dan Iskandar Hamzah (Kepala Desa Blang Naleng Mameh), masyarakat menyodorkan empat tuntutan konkret:
Dalam pertemuan darurat yang dihadiri puluhan nelayan dan tokoh desa, masyarakat menyusun tuntutan kepada Pemkot Lhokseumawe dan Legislatif:
1. **Pengerukan Mendesak Kuala Pusong Rancong Baro** untuk mengembalikan fungsi alur pelayaran nelayan.
2. **Pembangunan Sistem Drainase dan Tanggul** di daerah rawan banjir.
3. **Penataan Pembatas Pantai** seperti revetment atau rehabilitasi mangrove untuk mencegah abrasi.
4. **Koordinasi Lintas Sektor** antara Dinas Perikanan, PUPR, dan Lingkungan Hidup untuk penyelesaian holistik
“Ini bukan hanya urusan lokal, tapi darurat provinsi. Kuala ini penghubung ekonomi nelayan Aceh Utara,” tegas Marzuki Ramli, tokoh masyarakat setempat.
Dampak Ekonomi: Kerugian Miliaran, Ancaman Pengangguran.
Data Koperasi Nelayan Muara Satu mencatat, 720 kepala keluarga di empat desa menggantungkan hidup pada sektor perikanan. Produktivitas nelayan anjlok 40% dalam setahun terakhir, sementara kerugian akibat banjir mencapai Rp2,5 miliar per musim hujan.
Harapan Masyarakat, “Kami tidak mau lagi berjanji. Butuh tindakan nyata sebelum musim hujan berikutnya,” pungkas Surya Nanda Putra, mewakili suara nelayan muda. Masyarakat berharap aspirasi mereka tidak lagi “tenggelam” seperti kuala yang kini dipenuhi sedimentasi.
Krisis di Kuala Pusong Rancong Baro merupakan ujian bagi komitmen Pemerintah Aceh dalam melindungi masyarakat pesisir. Penundaan penanganan berisiko memicu konflik sosial dan kerusakan ekologi permanen.
Sumber Yuswadi Aceh.
( Darmayani)
0 Komentar